Pemindahan Ibukota Republik Indonesia belakangan ini telah menjadi topik perbincangan yang ramai dimasyarakat. Masyarakat pun banyak yang setuju dengan dilakukan nya pemindhan, akan tetapi tidak sedikit juga yang menolak dan juga mempertanyakan urgensi serta dampak kedepannya bagi Indonesia. Dalam artikel ini, kami akan membahas dampak pemindahan Ibukota negara terhadap aspek kesehatan.
Latar belakang
Pemindahan Ibukota merupakan rencana yang sudah lama muncul, dan juga sudah pernah dilakukan. Dimulai dari era hindia belanda, dimana pada saat itu Ibukota dipindah ke Bandung oleh Gubernur Jenderal J.P. Graaf van Limburg Stirum (1916-1921) pada 1920. Setelah kemerdekaan, pemindahan Ibukota juga terjadi kembali dimana Yogyakarta dipilih sebagai Ibukota Negara pada 4 Januari 1946, Kota Bukittinggi pada 19 Desember 1948 lalu berpindah ke Yogyakarta pada 6 Juli 1949 dan kembali seperti semula yakni Jakarta pada 17 Agustus 1949 hingga saat ini.
Lokasi yang dipilih menjadi Ibukota baru Indonesia adalah sebagian terletak pada Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. "Saya bicara apa adanya bahwa fasilitas yang ada di KalTim sangat mendukung, terutama airport, jalan tol sudah ada, tahun ini tol sudah jadi," terang Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada hari Selasa (7/5/2019) lalu dikutip dari KOMPAS.com. Selain itu juga, Jokowi menjelaskan bahwa di Kalimantan Timur sudah terdapat stadion olahraga kelas internasional, minimnya konflik, serta jarang terjadi bencana alam gempa bumi maupun gunung meletus.
Fakta Pendukung
Tidak layaknya Jakarta sebagai Ibukota juga didukung oleh berbagai fakta yang ada, diantaranya
1. Penduduk Jawa terlalu padat
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 menyebutkan, sebesar 56,56 persen masyarakat Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa. Sementara di pulau lainnya, persentasenya kurang dari 10 persen, kecuali pulau Sumatera. Di Kalimantan, presentase penduduk Indonesia hanya ada 6,05 % atau 15.801.800 jiwa.
2. Kontribusi ekonomi terhadap PDB
Alasan keduanya adalah kontribusi ekonomi pulau pulau terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia atau Produk Domestik Bruto (PDB), sangat mendominasi. Sementara pulau lainnya jauh tertinggal. Jokowi ingin menghapuskan istilah "Jawasentris" sehingga kontribusi ekonomi di pulau lain juga harus digenjot. Baca juga: Menteri Basuki: Ibu Kota Baru di Luar Bukit Soeharto Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, kontribusi ekonomi terhadap PDB di pulau Jawa sebesar 58,49 persen. Adapun di Kalimantan, kontribusi ekonominya sebesar 8,2 persen dengan pertumbuhan ekonomi 4,33 persen.
3. Krisis ketersediaan air
Ketersediaan air bersih menjadi salah satu concern pemerintah dalam menentukan lokasi ibu kota baru. Pulau Jawa, berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tahun 2016, mengalami krisis air yang cukup parah. Ada daerah yang termasuk indikator berwarna kuning yang artinya mengalami tekanan ketersediaan air, seperti di wilayah Jawa Tengah. Di wilayah Jawa Timur, indikatornya berwarna oranye yang artinya ada kelangkaan air. Sementara di wilayah Jabodetabek, indikatornya merah atau terjadi kelangkaan mutlak.
Dampak bagi kesehatan .
1. Polusi Udara
Dengan dijadikan nya Kalimantan Timur sebagai lokasi baru Ibukota negara, maka perekonomian akan semangkin meningkat dan tidak menutup kemungkinan jumlah kendaraan maupun pabrik pabrik yang ada juga meningkat sehingga dapat menyebabkan polusi udara. Selain itu juga, Kalimantan juga merupakan daerah yang sering terjadi kebakaran hutan saat musim kemarau sehingga dengan pemindahan Ibukota ke Kalimantan dapat meperparah keadaan.
2. Stress Meningkat
Meningkatnya kegiatan dan kesibukan dari masyarakat Kalimantan juga dapat menjadikan meningkatnya kadar stress pada masyarakat. Selain karena pekerjaan, stress juga dapat terjadi akibat adaptasi dengan lingkungan baru, peningkatan emosi, cuaca, dan lain sebagainya.
3. Penyakit Zoonosis dan Penyakit Endemik Meningkat
Penyakit zoonosis adalah penyakit yang menular melalui hewan baik ungags, mamalia maupun vector. Penyakit yang patut diwaspadai adalah demam berdarah dengue(DBD), Malaria, dan Filariasis. Untuk malaria sendiri merupakan penyakit endemic atau penyakit yang terdapat pada daerah tertentu yang dalam hal ini merupakan penyakit endemic Kalimantan.
Daftar Pustaka
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2013/23_Prov_Kaltim_2013.pdf , Diakses Pada 03 September 2019, 17:30
https://id.wikipedia.org/wiki/Ibu_kota_Indonesia , Diakses Pada 03 September 2019, 17:30
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/27/09284821/4-alasan-mengapa-ibu-kota-indonesia-harus-keluar-dari-pulau-jawa?page=all , Diakses Pada 03 September 2019, 17:30
https://style.tribunnews.com/2019/08/26/kenapa-harus-kaltim-simak-5-alasan-mendasar-dari-jokowi-tentang-pemindahan-ibu-kota-baru-ini?page=3 , Diakses Pada 03 September 2019, 17:30
https://www.tribunnews.com/nasional/2019/08/27/5-alasan-kenapa-ibu-kota-indonesia-pindah-ke-kalimantan-timur-berikut-penjelasan-mendasar-jokowi , Diakses Pada 03 September 2019, 17:30
Langganan:
Postingan (Atom)
Pemindahan Ibukota Negara dan Dampaknya Bagi Kesehatan
Pemindahan Ibukota Republik Indonesia belakangan ini telah menjadi topik perbincangan yang ramai dimasyarakat. Masyarakat pun banyak yang se...
-
Assalamualaikum Wr.Wb Hallo pembaca blog UPPM (Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat), jumpa lagi bersama kami di tahun 2019. Seba...
-
Pengenalan UPPM FIK Assalamualaikum, Haii, ini posting pertama dari kita lhooo Kali ini kita mau post tentang apasih UPPM itu?...
-
HI! WELCOME BACK TO UPPM’S BLOGSPOT WITH US, TIMKES UPPM FIK UMS!!! Di tulisan ini, kita akan menceritakan kepada kalian tentang kegia...